
Dani terbangun, duduk lantas terkejut. Dia menyadari berada di ruangan yang agak
lapang, pintu warna putih namun tiada jendela. Di tengah ruangan terdapat ranjang,
kasur dan bantalnya berwarna putih. Di salah satu dinding ada toilet duduk,
bersebelahan dengan wastafel dan tempat mandi. Di dinding lain terdapat meja kecil.
Dani lantas melihat dirinya sendiri yang sedang memakian pakaian aneh, pakaian yang
seperti dipakai oleh pasien saat akan dioperasi, namun yang dipakai oleh Dani berwarna
biru. Dani mencoba berpikir, Dani ingat suara-suara yang muncul saat sedang tertidur.
Namun tak jelas apa artinya. Dani lantas mendekati toilet, kencing sambil mengingat apa
yang terakhir terjadi.
***
Dani, Tari kakaknya, serta Meli mamanya sedang dalam perjalanan menuju sebuah
tempat wisata. Liburan taunan ini biasanya dilakukan menuju tempat wisata baru yang
belum pernah dikunjungi keluarganya. Dani sangat menyukai acara ini, tapi tari tak
menyukainya. Di perjalanan Tari tak hentinya mengeluh. Sifat ayah yang tempramental
dan keras kepala rupanya menurun pada Tari.
Jalur ini merupakan jalur baru yang belum pernah dilalui keluarga kecil ini. Karena itu,
wajar apabila keluarga ini tersesat. Dani melihat kompas yang ada di arlojinya, namun
anehnya jarum kompas selalu berputar searah jarum jam dengan cepat. Hp pun tak ada
sinyal. Hingga akhirnya mobil berada di jalan tanah pedesaan tanpa aspal.
Entah karena capek atau tak tau jalan, mobil yang dikendarai Meli menabrak sesuatu
hingga tak bisa bergerak. Meli coba injak gas namun tak jua gerak. Setelah melalui
perdebatan yang cukup panas, akhirnya diputuskan untuk berjalan ke dataran yang agak
tinggi untuk mencari sinyal hp.
Dalam malam yang kelam, Dani memegang senter dan mulai melangkah diikuti kakak
dan mamanya. Setelah beberapa menit berjalan, meraba-raba dalam gelap, ketiganya
mulai melihat cahaya samar-samar di kejauhan. Muncul secercah harapan di hati
sanubari ketiga insan sedarah itu.
Langkah mereka makin cepat. Akhirnya mereka mengetahui sumber cahaya tersebut.
Sebuah bangunan seperti bangunan peninggalan kumpeni, berwarna putih dan tinggi,
berdiri terpencil tanpa bangunan lain di bukit ini. Di pintu yang diperkirakan merupakan
pintu depan, terdapat tulisan kliniek.
Dani mencoba mendorong pintu, ternyata tidak terkunci. Dani lantas masuk diikuti
mama dan dan Tari. Di lobi, terdapat sebuat sofa merah. Tiada seorang pun terlihat.
Capek setelah berjalan, ketiganya memutuskan untuk duduk dahulu. Sofa merah itu
terlihat bersih, tanpa ada debu yang menempel.
Beberapa menit berselang, dari dalam muncul seorang wanita berusia tiga puluhan
membawa baki. Di baki itu terdapat tiga cangkir minuman, selamat datang di tempat
kami. Silakan barangkali haus.
Eh, iya. Maaf sudah merepotkan. Mama bersuara sambil meraih satu cangkir, diikuti oleh
putra dan putrinya.
Setelah minum, ketiganya mulai menyadari keanehan yang terjadi. Wanita tersebut
hanya memakain pakaian khusus pasien yang akan dioperasi, namun berwarna hijau.
Terlihat jelas wanita tersebut tidak memakai bh. Susunya memang tidak besar, namun
putingnya terlihat jelas menantang, membuat celana jin Dani menjadi sesak.
Sebentar lagi petugas jaga menemui anda.
Saat perempuan itu berbalik untuk pergi, mama bankit lalu memegang tangan
perempuan itu, maaf, kalau boleh tahu, ini di mana ya? Kami tersesat, mau mencari
sinyal hp untuk meminta pertolongan.
Wanita tersebut berbalik lalu menatap mama. Maaf bu, saya bukan bagian informasi.
Sebentar lagi petugasnya datang, silakan ibu bertanya kepadanya. Wanita tersebut lalu
melepas lengannya dari tangan mama, lalu bergegas masuk.
Setelah wanita tersebut menghilang, ketiganya lantas meminum minumannya masingmasing. Tehnya aneh, Tari berkomentar. Dani mengangguk mengiyakan.
Sudah, minum aja yang ada. Dikasih juga udah untung.
Setelah sepeminuman teh, dari dalam muncul pria paruh baya penuh uban memakai jas
putih khas dokter. Selamat datang, saya dr. Ilham. Anda pasti lelah setelah menempuh
perjalanan jauh.
Dani ingat, dokter itu menyajukan pelbagai pertanyaan yang intinya kenapa mereka bisa
sampai di tempat itu. Mama menjawab, bahkan meminta bantuan agar bisa
menghubungi kerabat. Suara mama terdengar aneh, tidak seperti biasanya. Tari sudah
tertidur di sofa. Saat Dani akan bicara, suaranya tak mau keluar.
Hal terakhir yang Dani ingat adalah, dokter Ilham melepas pakaian mama hingga
telanjang. Melihat susu mama, Dani serasa ingin menyentuhnya. Saat mata Dani
akhirnya menutup, Dani mendengar dokter menyuruh satpam agar mobil mereka
diamankan. Satpam langsung menjawab dengan berkata ‘enam sembilan.’
***
Sekarang Dani kembali ke situasinya. Mencoba membuka pintu, namun terkunci. Dani
memutuskan untuk duduk. Setelah duduk, di dinding tiba-tiba menggeser hingga
nampak sebuah panel, jendela kaca. Dari jendela, Dani melihat sebuah lorong dengan
tiga ruangan berpanel kaca.
Selamat pagi Dani. Semoga tidurnya nyenyak. Suara dokter Ilham menggema.
Sss… ssss… rupanya Dani masih tak bisa bersua. Hanya serak-serak basah.
Mohon sabar, anda belum bisa bersua dikarenakan efek samping obat yang tercampur
dengan minuman yang anda minum. Mungkin ini mengejutkan, tapi anda adalah tamu
kami. Keberadaan anda di klinik ini mungkin hanya beberapa minggu. Tapi bisa juga
lebih cepat atau lebih lama, tergantung pada pengobatan anda.
Muncul satu panel lain dari dinding, dengan tombol-tombol khusus. Anda kini memiliki
kontrol atas kamar lain. Bisa anda kunci atau buka kuncinya. Bisa anda dinginkan acnya,
atau bahkan bisa anda buat panas hingga gerah. Anda juga bisa memberi makanan atau
pun tidak. Namun semua itu ada harganya. Misal, jika saudarimu ingin makanan, maka
saudarimu harus memberikan sesuatu sebagai gantinya.
Dani mendadak ingat sebagian ucapan dokter itu dalam mimpi, ‘miliki… miliki…
miliki…’
***
Meli terbangung. Melihat ke sekeliling lantas ke dirinya. Meli dapati dirinya telanjang,
berbaring dengan bantal kecil sebagai sandaran. Ranjangnya melekat ke dinding. Ada
empat dinding, tiga dinding bercat putih dan satu dinding terbuat dari kaca. Di sudut,
terdapat toilet duduk, wastafel serta sebuat tempat mandi.
Meli mencoba berdiri sambil memanggil anak-anaknya. Namun lututnya sangat lemah,
suaranya pun tak mau keluar. Meli pun memutuskan untuk kembali berbaring. Di
pembaringan, Meli ingat mimpinya. Dalam mimpi itu, berulang kali terdengar perintah
agar Meli menuruti semua perintah anaknya, Dani.
Setelah perintah itu diulang-ulang, dalam mimpi Meli merasa bibirnya dicium bibir Dani.
Tangan Dani meremas susunya. Mulutnya menghisap kontol anaknya.
Meli jadi ingat. Setelah suaminya kabur dengan wanita lain, beberapa kali dia menjalin
hubungan. Tapi selalu kandas. Akhirnya tiga tahun belakangan ini dia tak pernah lagi
disentuh.
Mimpi itu, meski sangat tidak masuk akal, telah membangkitkan kembali gairah seks
Meli. Meli merasa memeknya gatal dan ingin disentuh. Meli mulai menyentuh memek
dengan jemari, memejamkan mata dan mulai menggerakan jemarinya…
***
Tari tersadar dari tidurnya. Mendapati keadaanya yang aneh, Tari lantas menuju dinding
kaca, menggedor-gedor sambil meminta tolong. Namun tak ada suara yang keluar dari
mulutnya. Kenyataan ini membuat Tari menjadi pusing hingga menangis. Tari sungguh
benci liburan ini. Tari benci mobil bututnya, Tari benci ayah yang telah meninggalkannya,
Tari membenci keluarganya.
Merekalah sumber semua ini. Mereka memaksanya untuk ikut liburan ini. Sementara,
Tari tak ingin pergi. Tari ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman. Gila-gilaan
sambil jalan-jalan.
Setelah puas menangis, Tari mendadak ingat mimpinya. Dalam mimpi, Tari seperti
mendapat perintah agar menuruti Dani. Perintah itu dikatakan berulang kali. Setelah itu,
Tari berbaring telanjang di lantai. Merasa jijik dengan perintah itu.
***
Meli mendengar suara klik. Pintu lantas terbuka dan masuklah Dani. Menyadari
ketelanjangannya Meli mencoba menutupi tubuh dengan selimut kecil. Dani mendekati
dan menyodorkan sebotol minuman. Meli meraih lalu meminumnya. Dani lalu
memegang kedua pipi mama dan mencium bibir mama.
Beberapa hari ke belakang, Meli akan langsung menampar pipi anaknya atas
kelakuannya itu. Namun Meli hanya diam saat lidah anaknya mencoba masuk ke
mulutnya. Tangan anaknya menyelinap selimut dan mengelus susunya, namun Meli tak
melawan.
Dani lantas berdiri tegak menghadap mama. Aku senang kamu baik-baik saja. Biar gak
pusing, kita sedang jadi objek eksperimen. Sekarang, aku yang mengambil alih
semuanya. Kamu sama Tari mesti nurut. Baik di sini maupun nanti setelah keluar dari
sini. Kamu mau kemana, apa yang kamu pakai, apa yang kamu lihat aku yang tentukan.
Meli menatap anaknya, tertegun. Kamu mau apa nak? Kenapa kamu gak sebut ‘mama’,
malah ‘kamu’?
Dani tersenyum, mulai sekarang kamu milikku. Terserah aku untuk menyebutmu apa aja.
Mau mama, mau kamu, mau istriku, mau lonteku. Kamu mesti melakukan apa yang aku
suruh. Kalau tidak, kamu takkan mendapat makanan dan atau minuman. Bahkan takkan
mendapat kenyamanan. Faham?
Dani lantas menarik selimut dari tubuh mama hingga telanjang. Sekarang berlutut, isep
kontolku, sementara tanganmu ngocok memekmu!
Meli lantas berlutut dan meraih kontol anaknya. Kontol anaknya lantas diisepnya
sementara anaknya melihatnya. Anehnya Meli merasa nyaman melakukan ini, bahkan
suara anaknya terdengar menenangkan. Tangan kananya memegang kontol, sementara
tangan kirinya bermain di memeknya sendiri.
Dani memperhatikan mama yang sedang mengisap kontolnya, Kamu belum terlalu tua.
Mulai sekarang, kamu mesti hamil.
Tanpa melepas kontol dari mulutnya, Meli mengganggukkan kepalanya.
Kamu kayaknya mau keluar. Ayo lonteku, jangan di tahan. Biar kudengar suaramu.
Tangan Meli semakin liar di memeknya, dan kata-kata anaknya membuatnya keluar
hingga menjerit nikmat. Meli merasa orgasmenya kali ini sungguh sangat nikmat,
melebihi apa yang bisa diberikan mantan suaminya. Meli lantas melepas kontol dari
mulutnya, lalu mencoba menghirup nafas sambil terengah-engah.
Kamu bener-bener lonte, Mel. Aku bakalan senang buntingin kamu.
Mama hanyalah lontemu, desah Meli sambil berlutut gaya anjing.
Dani lantas berlutut di belakang mama. Kontolnya didorong hingga masuk ke memek
mama. Tangan Dani meraih susu mama meremas susu dan memelintir putingnya. Meli
tiba-tiba ingat, tanpa hubungan dengan siapa pun, dia tak memakai kb. Saat anaknya
menyemburkan benih di rahimnya, Meli tau sebentar lagi dia bisa hamil.
Meli sudah lemah saat mulut anaknya menyusu, sementara kontolnya menusuk
memeknya berkali-kali. Anaknya bahkan mencoba menggigit putingnya membuat Meli
kembali keluar.
Ahh… terus… terus… hamilin mama… ahhh… Meli menegang saat keluar, namun
sodokan anaknya yang tanpa henti kembali memuatnya keluar. Setelah anaknya
menyemburkan lagi peju di memeknya, anaknya tergulai di atas tubuhnya. Peluh mereka
bercampur. Kontol anaknya akhirnya mengecil. Meli tak ingin kontol anaknya lepas dari
cengkraman memeknya, namun akhirnya lepas juga.
***
Tari berbaring di lantai. Kelelahan setelah mencoba berteriak hingga ambruk. Tari sangat
haus, begitu hausnya hingga meraih mangkuk stainless lalu minum. Meski mangkuk itu
bersih, tetap saja Tari merasa jijik. Samar-samar Tari mendengar desahan dan suarasuara. Setelah beberapa saat, tari mengenal suara itu, suara mama dan adiknya.
Tapi siapa yang sedang ngentot sama mama? Suara klik terdengar, pintu terbuka lalu
muncul adiknya telanjang. Beraroma seksual.
Apa-apaan ini? Mana mama? Kenapa lu telanjang?
Dani mendekat lalu berdiri di sebelahnya. Kontolnya keras dan basah. Juga beraroma
campuran peju dan cairan memek.
Perlahan Dani menjelaskan kenapa mereka sampai terjebak di tempat ini. Bagaimana ia
harus mengambil kontrol agar bisa keluar. Juga bagaimana seharusnya agar mereka bisa
cepat pulang.
Dan sekarang, lanjut Dani, karena gw abis ngentot Meli, lu mesti isep kontol gw. Gak
ngisep gak makan.
Mati aja lu! kata Tari sambil berbalik hingga membelakangi adiknya.
Terserah. Dani meraih rambut kakanya, lalu mengusapkan ke kontolnya hingga rambut
kakanya penuh aroma peju. Gw bakal bikin kamar ini dingin tanpa makanan dan air. Biar
bau kotoran lu.
Detik-detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti. Hari-hari pun terus
berganti, Dani terus ngentot Meli. Juga melatihnya dengan bimbingan dokter.
Tari terus menolak, meski keaadannya tambah parah.
Suatu pagi di kamarnya, Dani merasa lapar. Dani memijit tombol makanan. Makanan
pun datang, biasanya satpam yang mengantarkan. Namun kali ini, pengantar makanan
adalah wanita pembawa baki dahulu. Setelah wanita itu menyimpan makanan, Dani
segera berdiri menghalangi pintu keluar.
Tunggu sebentar. Saya ingin kenal kamu.
Wanita itu lantai melihat lantai, menghindari kontak mata. Dokter mengizinkan saya
bicara anda ditanya oleh anda.
Siapa namamu?
Saya tak punya nama, hanya nomer. 19902.
Bagaimana kamu bisa sampai di sini?
Dulu ada seorang anak nakal berusia empat belas tahun. Orang tuanya tak sanggup lagi
membimbing anak nakal tersebut hingga tak lagi memiliki ide bagaimana cara untuk
menyelamatkannya. Daripada anak nakal tersebut berakhir di prodeo, maka orang tua
tersebut memasukan anak nakal itu ke klinik ini. Anak nakal itu dicabut nama, asal-usul
dan pakaiannya.
Setelah berkata, 19902 kemudian meraba rambut dan menariknya hingga lepas.
Rupanya 19902 memakai wig. Kepalanya plontos tanpa sehelai rambut. Setelah itu,
19902 melepas pakaian hingga akhirnya telanjang, berdiri di hadapan Dani.
Muter. Dani merasa percaya diri (di sisi lain, Dani juga merasa, Dani yang dulu takkan
memiliki kepercayaan diri seperti ini. Apalagi memerintah orang lain.)
Sambil tetap menatap lantai, 19902 berputar pelan. Satu-satunya rambut di tubuh 19902
hanyalah alis dan bulu matanya. Susunya kecil, pantatnya merah seolah baru saja
dipukul. Putingnya yang mancung membuat Dani tak tahan. Dani menginginkan wanita
ini.
Lihat aku! mata wanita itu akhira beradu dengan mata Dani. Aku ingin menyentuhmu.
Apa dokter mengizinkan kamu disentuh olehku?
Gadis itu tiba-tiba tersenyum sambil berlutut. Dokter telah mengizinkan saya
memberikan kenikmatan apapun kepada tuan. Saya telah dilatih. Tuan boleh
memainkan mulut saya, memek saya, anus saya. Dengan seizin tuan, saya mainan tuan.
Dani lantas meraih lengan gadis itu hingga berdiri. Dani lantas mencium gadis itu.
Keduanya lantas ciuman sambil berpelukan. Dani lantas membaringkan gadis itu di
ranjang. Gadis itu lalu membuka pahanya lebar-lebar.
Dani lalu merendahkan kepala hingga berhadapan dengan memek gadis itu. Dani mulai
menciumi memeknya. Lalu mulai menjilati membuat gadis itu mendesah. Jilatan Dani
pada itil gadis itu membuat desahannya makin tak terkontrol. Tangan Dani kini meremas
pantat gadis selagi lidahnya bermain di itilnya hingga akhirnya gadis itu pun keluar.
Tolong tuan, budak tak berharga ini tak layak, katanya di sela isak tangisnya. Kenapa
tuan begitu baik?
Dani mencium perutnya, susunya hingga mulutnya. Kontolnya menggesek-gesek memek
gadis itu. Dengan satu tusukan, kontol itu amblas dan gadis itu mengerang nikmat.
Sambil memompa, Dani merendahkan kepala hingga nyusu pada gadis itu.
Kamu memberikan tubuhmu, tapi aku ingin hatimu. Aku jatuh cinta sejak pandangan
pertama. Aku ingin kamu mencintaiku. Suara Dani jelas terdengar di sela susuannya.
Dani merasa sebentar lagi akan keluar, bilang kalau kamu juga mencintaiku!
Nafas gadis itu mulai tersengal saat orgasmenya mendekat, tapi tuan, tubuh ini milik…
Uh… Oh… Hamba tak bisa… ohh Tubuh gadis itu kejang, dia melihat… hamba akan
dihukum… oh… oh… iya… aku mencintaimu…
Mendengar ucapan gadis itu membuat Dani ikut keluar. Keduanya pun lemas penuh
peluh. Setelah beberapa menit dalam diam, tangan gadis itu meraih kontol Dani lalu
mengocok hingga kembali keras. Setelah itu, Gadis itu kembali nungging, lalu melirik ke
Dani, tolong gaya anjing tuan, saya mohon tuan sudi masuk ke anus saya.
Tanpa membuang waktu, Dani langsung mencoba menjebol anus gadis itu. Secara
perlahan kontol itu masuk memberi kenikmatan lain pada kedua insan itu. Tangan Dani
mulai mengelus memek sementara kontolnya menusuk anus.
Terus tuan. Lonte kotor ini akan bersihin kontol tuan setelah keluar. Lonte kotor ini tak
pantas tuan cintai, hanya untuk tuan pakai. Terus tuan.
Dani tak lagi bisa menahan orgasmenya. Dengan tangan memegang pinggul gadis itu,
Dani menyemprotkan peju dalam anus hingga berhenti. Setelah beberapa saat, kontol
Dani kembali mengecil dan otomatis keluar. Kontolnya penuh pejunya sendiri dicampur
kotoran kuning berceceran.
Gadis itu lalu berbalik dan mulai menjilati kontol Dani, sesekali menghisapnya hingga
bersih. Setelah itu, testis Dani juga tak luput dari sapuan mulutnya. Lonte kotor atau
bukan, aku tak peduli. Yang penting aku mencintaimu. Aku ingin kamu. Katakanlah,
katakan sejujurnya, apa mungkin kamu mencintaiku?
Gadis itu melepas kontol dari mulutnya, duduk lalu mulai menutup wajah dengan
tangannya. Gadis itu mulai menangis tersedu-sedu. Hamba tak peduli jika setelah ini
bakal dihukum lagi. Yang sekarang hamba pedulikan adalah hamba juga mencintai tuan,
katanya disela isakannya.
Sebelum Dani membuka mulut, terbuka pintu dan muncullah wanita lebih tua
berpakaian seperti suster datang dan menarik gadis itu.
***
Pintu terbuka. Meli langsung berbaring di ranjang dan melebarkan pahanya. Meli sangat
senang sejak semalam, saat diberi alat tes kehamilan dan hasilnya meli mengandung
benih anaknya. Kini Meli menanti dijamah anaknya. Namun yang datang adalah satpam.
Meli terkejut, lantas mencoba menutupi tubuhnya. Satpam itu berdiri di dekat Meli lalu
melemparkan pakaian serta sisir.
***
Tari berbaring lemah. Telanjang dalam ranjang. Sakit. Entah sudah berapa lama dia
disekap.
Kenyataannya, sudah dua minggu berlalu namun dirinya tak juga takluk pada adiknya.
Tari telah tidur dalam dingin, dalam panas, kelaparan, tapi setiap kali Dani datang, Tari
tak mau mengikuti perintahnya.
Tubuhnya sangat kurus hingga tak lagi memiliki kekuatan untuk bergerak dari
ranjangnya. Dia sudah kencing dan buang air di tempat. Terpaksa staf klinik
membersihkan tempat itu tiap malam, dan memberi vitamin via injeksi sekedar untuk
bertahan hidup. Berbahagialah dia yang tidak pernah dilahirkan. Setengah bahagia dia
yang mati muda.
Pintu terbuka. Tari tak lagi melihatnya. Seorang perawat datang lantas menatapnya,
kasihan kamu nak. Kenapa gak kamu serahkan saja tubuhmu?
Dengan mata masih terpejam, Tari merasa diangkat ke ruang lain dan ditempatkan di
kasur lain. Tari mendengar suara orang yang sedang melepas pakaian. Jangan… lirih Tari
lemah. Sebuah tangan lantas memegang tubuhnya dan menyuruhnya untuk tenang. Tari
takan diperkosa, kata suara itu. Suara perempuan.
Sayang, andai aku mamamu. wanita itu lantas membawa Tari ke tempat mandi lalu
mendudukannya di lantai. Tari membuka mata menatap wanita cantik yang sedang
beridiri. Jembutnya dicukur hingga berbentuk hati.
Wanita itu membuka keran hingga Tari langsung diguyur air dari shower. Tari disabuni.
Juga memeknya tak luput. Ternyata belaian wanita itu pada memek Tari berlangsung
terus hingga Tari mulai menikmatinya. Refleks Tari mulai melebarkan kaki. Tari kini
mengerang saat jemari wanita itu mulai mengelus itilnya.
Tari merasa orgasmenya mulai mendekat. Tari lantas menggerakan kepala hingga
menyusu ke susu perawat itu. Saat Tari akhirnya keluar, kepalanya kembali ditarik.
Wanita itu langsung menciumnya sementara Tari masih menikmati orgasmenya. Tari
menikmati permainan wanita itu hingga akhirnya lidah keduanya bertautan.
Mata Tari kembali ditutup saat dia merasa diangkat kembali dan ditidurkan di kasur.
Lengannya kembali diinjeksi sesuatu. Tari mendengar sebuah suara. Lantas merasa
rambutnya dicukur. Rambutmu terlalu kusut, jadinya susah diluruskan. Jangan khawatir.
Ya. hanya itulah jawaban Tari. Tari mulai merasa itilnya kembali dijilati. Tari sedikit
melenguh saat jemari kecil wanita itu mencoba menerobos anusnya. Tanpa kesadaran
penuh, Tari hanya mampu mengerang merasakan kenikmatan dari mulut wanita itu.
***
Dani bangun saat pintu terbuka. Muncul satpam lalu menyerahkan pakaian. Waktunya
konsultasi dengan dokter. Setelah kencing dan berpakaian, Dani mengikuti satpam ke
ruang dokter. Ruangan itu memiliki jendela besar. Dari jendela, Dani bisa melihat pantai.
Di ruangan, Gadis terikat lengannya ke langit-langit, hingga gatis itu mesti berjinjit agar
tetap berdiri. Mulutnya ditutupi bola merah. Kakinya melebar, pergelangan kakinya
diikat hingga memeknya terlihat. Pentilnya dipasangi jepitan. Jepitan itu dipasangi tali
yang tersambung ke sebuah bandul.
Hati Dani tercekat melihatnya, namun Dani mencoba tidak bereaksi.
Dokter yang sedari tadi duduk lantas mendekati Dani dan menjabat tangannya. Selamat
datang. Dari penelitian yang kami lakukan, Anda dan Meli sepertinya maju dalam
prosesnya. Saya yakin Anda akan terampil menjadi pemilik nanti di rumah. Namun, ada
beberapa hal yang mesti kita bincangkan sebelum Anda diputuskan untuk keluar.
Dokter lalu memijit sesuatu di meja, lantas bicara Suster H, tolong bawa pasien anda
masuk.
Kedua, dokter lantas menunjuk gadis terikat, anda sepertinya tertarik dengan ini.
Sayangnya Anda tak bisa memilikinya. Dia milik kami.
Gadis itu mengisak pelan, airmatanya jatuh. Dokter lantas memutar gadis itu hingga
membelakangi Dani. Terlihat pantatnya merah tanda luka cambukan. Seperti yang anda
lihat. Ini hanyalah seonggok daging. Saya memang keras, tapi dia sangat menyukainya.
Coba raba memeknya, pasti sudah basah.
Dani menuruti dokter, memeknya memang basah. Bahkan gadis itu melenguh. Sejak tiba
disini, tubuhnya sudah dipakai banyak pria, bahkan wanita. Dia terlatih memberi
kenikmatan. Anda kira dia mencintai anda, tapi itulah sandiwara. dokter lantas
membuka bola mulut gadis itu. 19902, katakan apa yang sebenarnya terjadi.
Air mata gadis itu bercucuran hingga membasahi susunya. Tuan, saya hanya untuk
kesenangan. Saya bilang saya mencintainya karena bisa membuatnya senang. Hati Dani
serasa hancur mendengarnya. Dokter melihat perubahan di wajah Dani. Dokter kembali
menutup mulut gadis itu. Dokter lantas mengambil pecut dari laci meja dan
menyerahkan ke tangan Dani.
Silakan anda hukum dia karena telah membohongi anda. Dani lantas memecut paha
gadis itu. Gadis itu menjerit menangis. Dasar lonte. Kamu bilang mencintaiku. Dasar
pembohong.
Dani terus memecut hingga air mata gadis itu membasahi lantai. Setelah puas, Dani
melepas pecut.
Pintu terbuka. Meli masuk dan melihat gadis itu. Saat melihat anaknya, Meli langsung
menunduk mendaki anaknya dan berlutut di depannya. Dokter tersenyum, Selamat
Dani, Anda telah melatihnya. Juga memberinya hadiah di perutnya. Anda telah siap
menjadi tuan di rumah sendiri. Dokter kembali duduk di belakang meja lalu memberi
isyarat agar Dani duduk di sofa.
Pintu kembali dibuka. Muncul perawat mendorong kursi roda. Di kursi roda itu duduk
Tari yang lemah. Kepalanya botak. Memakai pakaian pasien. Saya memandikannya,
namun rambutnya begitu kusut hingga tak bisa diluruskan kecuali dibotaki terlebih
dahulu, perawat pendorong menjelaskan. Dia sedikit gelisah sehingga saya injeksi
sedikit penenang.
Ya, kita bisa melihat itu. Dokter kembali menatap Dani. Tari termasuk orang yang gigih.
Kebanyakan wanita akan mudah luluh pada anda, seperti yang sedang dipangkuan
anda, tapi dia tidak. Saya yakin bisa melatihnya, namun saya tidak bisa meyakinkan
anda durasi pelatihannya. Saya ragu anda bisa melatihnya di rumah, apabila anda salah
langkah, bisa jadi kacau, bahkan sebelum negara api menyerang.
Dokter cukup bicara. Dani menatap pantai. Selama beberapa menit, ruangan itu
diselimuti keheningan yang mencekam. Dani akhirnya berdiri meninggalkan mama yang
terbaring di sofa. Dani mendekati gadis terikat lantas membuka penutup mulutnya.
Gadis ini sungguh terlatih. Tapi saya yakin dia mencintai saya.
Gadis itu menatap dokter dengan wajah ketakutan. Dokter tersenyum membalas tatapan
gadis itu lantas bicara, 19902, katakanlah… katakan sejujurnya… tak akan ada hukuman
kali ini.
Gadis itu masih mengeluarkan air mata, lalu menelan ludahnya. Benar, hamba sangat
mencintai tuan. Hamba ingin memiliki benih tuan.
Dani membelai pipi gadis itu, membungkuk lalu mencium bibirnya. Maafkan
keraguanku… bisiknya. Dani lantas kembali berdiri dan menatap dokter. Di awal, gadis
ini bilang saat datang, identitasnya diambil lantas dilatih. Kenapa kita tak melakukan hal
yang sama pada Tari? Biar keluargaku sempurna dan anda mendapat bahan latih baru.
Dokter bertepuk tangan, Dani, ide buatanmu, numero uno! Sesuatu untuk sesuatu. Anda
datang beserta Tari, pulang pun beserta Tari.
Dani lantas berbalik melihat mama. Mama terlihat linglung menatap anak pertamanya
lemas di kursi roda. Mata mama mulai basah menyadari kemungkinan perpisahan
dengan anak pertamanya. Perawat pendorong lantas bicara, jangan khawatir, akan saya
urus baik-baik. Perawat itu lantas mengambil suntikan dan menginjeksi mama.
Perawat, bawa 24602 ke ruang persiapan. Siapkan identitas baru untuk 19902 lalu
lepaskan dia. Perawat menarik kursi roda keluar ruangan, sementara satpam muncul
untuk melepas tali yang menjerat 19902. Setelah itu dibaringkan di sofa, bersebelahan
dengan mama.
Dani lantas mendekati sofa dan berbicara, Meli, ini putrimu Tari. Kamu mencitainya dan
dia mencintaimu. Mama mengangguk seolah mencerna kalimat ini.
Dia putri saya, Tari Mama mulai bergumam. Aku mencintainya, dia mencintaiku.
Sekarang kamu boleh peluk dan cium dia.
Mama memeluk gadis itu. Gadis itu mencium mama. Gadis itu menangis bahagia, diikuti
mama. Mama, aku punya mama lagi. kata gadis itu.
Dokter mengambil dokumen dari laci dan menaruhnya di meja. Saya tahu anda
semangat terhadap keadaan keluarga anda. Tapi kita harus bicara kenyataan. Anda
masih sma. Sedang mama dan kakak anda tentu takkan bisa mencari nafkah. Sebentar
lagi anda menjadi ayah. Jadi apa rencana anda?
Dani diam sebentar, lalu mengangkat bahu. Sepertinya saya harus berhenti sekolah lalu
mulai bekerja.
Kenyataannya, pekerja lulusan smp sangat bergaji murah. Sepertinya takkan cukup
membiayai dua wanita hamil. Namun, di setiap kesulitan terdapat kemudahan. Selama
anda di sini, saya sudah memeriksa latar belakang anda. Ayah anda yang pergi tanpa
pamit memiliki rekening bank yang cukup lumayan hasil dari penggelapan pajak.
Dokter menyerahkan dokumen yang lantas diraih Dani. Dani mempelajari dokumen
tersebut sambil berpikir. Deal or no deal? kata dokter.
Deal.
Selamat atas keputusan anda. Kami akan memeriksa perkembangan keluarga anda
secara berkala, namun dapat kami pastikan anda takkan menyadarinya. dokter lantas
melihat Meli, yang sedang menutup mata sementara susunya disusu oleh putri barunya.
Baiklah, biar satpam mengantar anda dengan selamat sampai ke rumah anda.
***
Catatan percobaan, enam belas bulan pasca pembebasan, pria #24601 menjalankan
peran sebagai kepala keluarga.
Wanita #24603 sudah melahirkan, bahkan kembali hamil dengan usia kehamilan enam
bulan.
Wanita #19902 sudah melahirkan, kini mengandung dengan usia kehamilan empat
bulan.
Wanita #24602 hanya merespon terhadap perawat. Tidak berguna. Diberikan ke perawat
sebagai mainannya. an dan Terimakasih.